Dua tahun lalu, Ara, anak perempuanku yang saat itu masih berusia 8 tahun bertanya, “ Mengapa banyak yang mengatakan perempuan yang disebut cantik harus seperti mereka yang terpilih menjadi Putri Indonesia dan Miss Indonesia? Apakah Kintan yang kulitnya coklat bisa dikategorikan cantik menurut orang lain?” Saat saya balik bertanya, apakah menurut pandangannya sang sepupu cantik, dia mengangguk dan memberi penjelasan, “Menurut Ara, Kintan cantik. Sama seperti Ara melihat setiap perempuan itu cantik.” Pertanyaan ini nampaknya sederhana, tapi merunut pada pertanyaan lanjutan tentang apa itu tubuh yang ”kebetulan” dalam hal ini dibungkus oleh predikat ”cantik”.
January 3, 2012
Etika Bisnis yang Baik dan Benar dalam Praktik Bisnis Sumber Daya Alam
Oleh: Swary Utami Dewi
Banjarbaru, 30 Desember 2011
Pendahuluan
Sepanjang tahun 2011 beberapa kasus konflik antara pengusaha dengan masyarakat maupun kasus kerusakan lingkungan dan sumber daya alam, yang disinyalir dilakukan beberapa pelaku bisnis, mencuat di berbagai media massa. Untuk konflik antara perusahaan dengan masyarakat bisa disebut misalnya kasus perkebunan sawit di Mesuji (di perbatasan Lampung dan Sumatra Selatan) serta kasus pertambangan di Kabupaten Bima (Nusa Tenggara Barat) yang baru saja terjadi. Tahun-tahun sebelumnya juga muncul kasus serupa misalnya kasus dua tambang besar milik asing di Sumbawa(Nusa Tenggara Barat) dan Papua. Di sini, kepentingan ekonomi (diwakili para pengusaha) nampaknya kerap berhadapan dengan kepentingan masyarakat adat/lokal serta lingkungan. Tidak bisa dipungkiri bahwa usaha-usaha ekonomi, termasuk yang berskala besar, adalah penting dalam rangka mendorong pertumbuhan (growth) yang pada akhirnya diharapkan menuju pada pemerataan dan kesejahteraan bersama. Namun, kita tidak bisa menutup mata kalau terdapat pandangan dan praktik bisnis yang menimbulkan akibat dan dampak yang tidak diharapkan seperti konflik dengan masyarakat adat/lokal, kerusakan lingkungan serta peminggiran dan pemiskinan masyarakat dalam berbagai bentuk. Tepatkah praktik bisnis yang kerap menuai kritik tersebut? Bagaimana seharusnya bisnis terkait dijalankan agar bisa disebut baik dan benar? Kajian etis terhadap persoalan tersebut akan dilakukan di sini.
October 23, 2011
Camar Pemberontak dan Manusia Gua yang Terbebaskan
Ditulis di Jakarta, 4 Oktober 2011
Dalam fabel yang ditulis oleh Richard Bach, Jonathan Livingston Seagull: A Story (Great Britain: Harper Element, Third Edition, 2003), diceritakan tentang seekor camar yang sejak dini menjadi berbeda dari kelompoknya. Alih alih hanya terbang untuk mencari makan dan melakukan hal-hal lazim yang dilakukan turun temurun bagi mereka yang terlahir sebagai camar, ia melakukan hal yang dipandang berbeda dan ”rebellious”, yaitu belajar terbang (learn to fly). Berbagai macam teknik terbang dan kebiasaan baru saat terbang yang tidak pernah dilakukan camar pada umumnya dipelajari dengan keras dan kemudian dipraktekkannya. Ia bahkan berani menghadapi resiko karena pilihannya tersebut: dibuang dari kelompoknya.
July 25, 2010
MENYEIMBANGKAN HATI
Hati tidak bisa ditebak. Kadang kita bisa merasa begitu tenang. Kadang gelisah karena sebab tertentu. Saat-saat aku merasa gelisah, kadang aku bisa diam, menangis sesaaat, bahkan bisa sampai sesegukan menangis bombay ala bintang film India. Sudah bisa ditebak hasilnya: mata bengkak dan seringkali susah tidur.
March 15, 2010
Batik Tulis Lasem: Bertahan pada Tradisi
Rembang, Minggu, 14 Maret 2010
Gila batik makin kurasakan saat aku berada di salah satu daerah penghasil batik tulis di pesisir utara Jawa Tengah. Pecinta batik pasti tidak asing dengan batik Lasem. Lasem yang terletak di Kabupaten Rembang ini, masih berupaya mempertahankan tradisi tulisnya. Aku bersemangat menjelajah showroom batik Santoso, salah satu home industry batik tulis, yang terkenal menjual batik dengan harga cukup murah dan kualitas bagus dibandingkan produsen batik tulis lain di kabupaten ini.
December 31, 2009
SELAMAT JALAN GUS DUR
Ketika mendapat sms dari temanku kalau Gus Dur wafat, entah kenapa ada rasa nelangsa. Rasa kehilangan yang amat sangat. Rasa ini sama sewaktu aku mengikuti sholat jenazah tokoh Masyumi “terakhir”, Anwar Harjono, di Mesjid Al Azhar tahun 1999. Juga ketika mendengar wafatnya Cak Nur. Sama perihnya ketika aku menguburkan papahku hampir dua tahun lalu di Palangka Raya. (more…)
August 9, 2009
MAKNA HORIZONTAL, VERTIKAL DAN SUPER REVOLUSI
Oleh: Swary Utami Dewi
Kawal Borneo Community Foundation
Tulisan ini dimuat di Koran Radar Banjarmasin, Kamis, 6 Agustus 2009, halaman 3.
Saat Isra Mi’raj, Nabi Muhammad melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Kemudian beranjak naik ke langit, lapis demi lapis. Dalam kediamanku, tiba-tiba aku terfikir tentang Isra Mi’raj. Bagi sang Nabi Besar, ia bermakna luar biasa dan membuatnya memiliki keajaiban yang tidak dimiliki para Nabi lain. Muhammad bahkan sanggup berada di langit dan menemui para Nabi yang telah lebih dahulu berpulang.
Menelan Matahari Senja di Losari (Foto: Swary Utami Dewi, Agustus 2008)
PELAJARAN BERHARGA DARI PARA SENIMAN: MBAH SURIP, RENDRA, SUTARDJI
Banjarbaru, 9 Agustus 2009
Tulisan ini dimuat di koran Radar Banjarmasin, 10 Agustus 2009, halaman 3.
Mbah Surip meninggal beberapa hari yang lalu. Aku tidak mengenalnya, hanya pernah sekali bertemu suatu hari di tahun 2008, kalau tidak salah, saat aku dan sahabatku Rara bertemu dengan penyair besar Sutardji Calzoum Bachri di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Ayah, demikian aku dan Rara memanggil Sutardji, memperkenalkanku ke Mbah Surip. Aku sempat terbengong melihat rambut gimbalnya yang dahsyat dan cara ketawanya yang khas. Kami kemudian berkesempatan melihat Mbah Surip dengan gaya kocaknya menyanyi. Itu saja yang kualami. Dan aku tidak sempat mengenalnya dengan baik. Mbah Surip pergi dalam damai dan sedang dalam masa popularitas pada 4 Agustus 2009.
Aku dan Ayah Sutardji (Foto: Ganjar, Juni 2007)
July 27, 2009
AKSI TERORISME DISIKAPI DENGAN POSITIF
Oleh: Swary Utami Dewi
Kawal Borneo Community Foundation (KBCF)
Tulisan ini dimuat di Koran Radar Banjarmasin, 28 Juli 2009, halaman 3.
Teror itu terulang kembali. Sesudah beberapa tahun negara kita menikmati udara yang lebih aman, tiba-tiba 2 bom kembali meledak pada pagi hari 17 Juli 2009 di hotel Marriot dan Ritz Carlton, Jakarta. Ingatanku kembali pada beberapa berita terorisme yang cukup besar. Pada Rabu malam, 27 November 2008, terjadi penyerangan teroris di beberapa tempat strategis di Mumbai, India. Pada 11 September 2001, Gedung Kembar World Trade Centre yang pernah menjadi puncak tertinggi di dunia di negara Paman Sam, hancur luluh karena serangan teroris yang menabrakkan pesawat komersil ke dua gedung tersebut. Aku juga teringat pada dua kali serangan dahsyat bom Bali yang menelan ratusan jiwa. Tidak hanya di Indonesia, India ataupun Amerika Serikat. Kekerasan bernuansa teroris masih terjadi di berbagai belahan bumi.
The Face of War (Salvador Dali, 1940)