Sudewi2000’s Weblog

March 15, 2010

KEMBALI KE REMBANG: HANGATNYA SAMBUTAN

Rembang, Jumat, 12 Maret 2010

Sudah cukup lama aku tidak menulis. Berbulan-bulan mungkin. Serasa ada yang tidak bisa menggerakkan tangan. Dan saat aku baru menginjak kaki ke Rembang, hari pertama, tiba-tiba aku ingin menulis. Dan hari kedua di kota pinggir pantai utara Jawa  ini, akupun kembali tergerak untuk menulis.

Ibu Cholil Bisri memangku Safwa, anak ke-2 Yaqut dan Eni (Foto: Swary Utami Dewi, Maret 2010)

” Kenapa aku selalu merasa bahagia di Rembang?” aku mengetik SMS kepada salah satu sahabat di Yogyakarta. Jawabnya singkat namun mengena, ”Karena Rembang selalu menyambutmu dengan hangat.”

Kehangatan itulah yang kurasakan, bahkan jauh sebelum aku tiba di Rembang, saat mulai menjejak kaki di Semarang. Keluar dari pintu kedatangan, seorang berambut gondrong, sang Buser – – demikian Yaqut menyebutnya–  menyambut dengan salam. Perjalanan tiga jam, diselingi dengan berhenti menyantap Soto Kudus dan Garang Asem bercampur dengan macet di daerah Juwana, kulakukan dengan begitu riang. Beberapa CD yang ada di Innova yang kunaiki, kumpulan Jazz klasik dan lagu-lagu Dewa, membuatku makin riang berdendang.

Saat aku tiba di Rembang, agak celingak celinguk aku turun, masuk ke sebuah rumah yang tidak kukenal. ”Ini rumah kenalan,” mampir sebentar. Seseorang bergurau. Aku sempat menolak karena ingin segera menyambangi Eni sekeluarga. Saat masuk ke ruang tengah, aku baru sadar, inilah rumah Eni, yang waktu aku mendatangi Rembang lebih dari setahun lalu, masih dalam proses dibangun. Foto-foto keluargalah yang membuatku langsung ”ngeh”.

Menjelang sore saat aku tiba, Eni sekeluarga masih beristirahatt, akupun tanpa basa-basi langsung membuka tudung saji. Kudapati tempe tradisional — yang dibungkus daun jati jika masih mentah — plus sambal bawang tomat, yang begitu menggugah selera. Dan akupun langsung menyantap lauk tempe dan nasi ditemani teh melati khas Jawa Tengah produksi Tegal, merek Gope. Rembang memang menyambutku hangat.

Sesudah makan, tanpa peduli apakah beratku akan bertambah karena begitu banyak tempe goreng yang kulahap, aku merasa begitu mengantuk. Sore itupun aku tertidur hampir dua jam. Suara khas Eni dan bayi kecilnyalah, yang sekejap merasuk dalam mimpiku, yang membangunku. Ya….aku memang sudah berada di keluarga yang selalu menyambutku dengan hangat.

Sore menjelang magrib, aku, Eni dan kedua anaknya berjalan kaki ke kediaman Alm. Cholil Bisri. Ibu tetap sama. Masih memperlihatkan sayangnya dan begitu hangat mengajakku ngobrol, terutama tentang kesehatannya yang akhir-akhir ini menurun. Namun, saat berbicara tentang Rumah Sakit Islam Arafah, yang baru saja dibuka awal tahun ini, sesudah 10 tahun lebih diusahakan Ibu dan para koleganya, beliau begitu berbinar dan bersemangat. ”Wah, waktu belum dapat serangan jantung, Ibu tiap hari ke situ. Mengecek kebersihan ruangan dan sebagainya. Sekarang juga ke situ kalau mau terapi.”

Sesudah magrib, aku dan Eni pamit pulang. Menyantap tempe dan lele goreng, plus lalapan, sebagai lauk makan malam, membuat perutku kembali terisi. Sebelum jam 10 malam, aku sudah tertidur lelap, di kamar atas yang berAC nyaman. Ima benar, Rembang memang menyambutku hangat.

1 Comment »

  1. Ass wr wb mbak Tami masih ingat yasir apa sdh lupa ? anak yisc angkatan 94 – 95 walaupun lama eggak ketemu tapi enggak pangkling sama sekali melihat foto foto mbak tami .omong omong bang Beben mana ?

    Comment by yasir — January 24, 2011 @ 3:50 pm


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Blog at WordPress.com.